Rabu, 09 November 2016

2.2 Digital Cinema

  • 2.2.A Bagaimana Produksi Film Digital

Film adalah merupakan media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indra, yaitu adalah penglihatan dan pendengaran, yang dimana mempunyai tema sebuah cerita yang banyak mengungkapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.

Produksi film adalah proses pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi. Pembuatan film terjadi di seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomisosial, dan politik, dan menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya pmebuatan film melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika muncul masalah produksi.Tinjauan produksi film itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi.

  • 2.2.B Bagaimana Keunggulan dan Keindahan Film Digital
1. Lebih Komprehensif
Perbedaan paling utama dan mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih komprehensif pada pembaca. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali momen termutakhir dari berita bersangkutan.
Dengan satu klik, pembaca bisa dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah, kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu saja tidak dimiliki oleh media cetak.
2. Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
3. Big Data
Media digital yang belum banyak digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
Jika dulu suratkabar atau majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Jurnalisme data akan menjadi tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar, pemerintah atau pengamat.
Untuk itu, jurnalis harus belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik, membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan visualisasi yang mudah dipahami audiens.
Hal itu sangat penting agar data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.
4. Interaksi Langsung
Yang satu ini menjadi kemampuan media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media, jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.
Pembaca kini adalah bagian dari redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips, bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.
Pola diseminasi informasi di era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang “maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli jurnalis.
Apa artinya? Ini kesempatan besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?
Jika khalayak ramai bisa langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja lebih baik?
Jika dulu sama sekali tidak ada percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.

  • 2.2.C Bagaimana Distribusi dan Pertunjukan Film Digital

Selama semester pertama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini. Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang dengan jaringan importir milik sendiri, serta berada di mal - mal seputar Jabodetabek dan kota - kota besar.
Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar). Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat dari rata - rata delapan minggu tahun lalu menjadi enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT SatryaPerkasaEsthetika)bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar.
Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton. Sayangnya, salah satu dari produser yang mengeluh filmnya kehilangan banyak layar akibatnya serbuan film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar